Fritz Lobinger, Uskup Kaum Awam dan KBG - Pelatih Kepemimpinan, Tutup Usia


Mgr. Fritz Lobinger, Uskup kelahiran Jerman yang berkarya di Afrika Selatan wafat di usia 96 tahun,  Minggu, 3 Agustus 2025. Sebagai kepala Institut Misiologi Lumko, ia mengembangkan konsep Small Christians Communities/ SCC atau Komunitas Basis Gerejawi/ KBG dan Sharing Injil.

Lahir pada bulan Januari 1929, di Passau, di Bavaria di perbatasan Jerman dengan Austria, mendiang Uskup Lobinger ditahbiskan menjadi Imam di dekat Regensburg pada bulan Juni 1955. Ia diangkat menjadi Administrator Apostolik untuk Keuskupan Aliwal Utara pada bulan Desember 1986, dan ditahbiskan menjadi Uskup pada bulan Februari 1987 dan melayani umat sampai ia pensiun dan mengundurkan diri pada tahun 2004 silam.

Berita Aciafrica mengutip pernyataan Mgr. Joseph Mary Kizito, Uskup Aiwal, "Bertahun-tahun yang lalu, Uskup Lobinger mengantisipasi perlunya Gereja sinodal dalam rencana pastoral para Uskup. Ia membayangkan sebuah Gereja yang berdoa, bersuara, mendengarkan, membahas isu-isu bersama, menelaah, menganalisis, berdialog, merayakan, dan berjalan bersama dalam persekutuan, partisipasi, dan misi."

Uskup Kizito menambahkan, "Mgr. Lobinger secara konsisten memperjuangkan pemberdayaan kaum awam, meyakini bahwa keterlibatan umat awam di sebuah daerah semakin memperkuat iman. Ia juga mendukung kaum muda dan perempuan dalam mengambil peran kepemimpinan."

Modul AsIPA dan Institut Misiologi Lumko

Dalam Sidang Pleno ke-5 1990, para Uskup Asia menyampaikan tanggapan Gereja, pada tingkat keberadaannya sendiri, terhadap tuntutan evangelisasi di milenium ketiga: Gereja (harus menjadi) sebuah “Persekutuan komunitas-komunitas di mana kaum awam, religius, dan klerus saling mengakui dan menerima satu sama lain sebagai saudara dan saudari… Gereja harus menjadi Gereja yang Partisipatif…” (FABC IV, 8.1.1-2)

Salah satu bagian dari visi "Cara Baru Hidup Menggereja" ini adalah tumbuhnya kepedulian untuk menemukan pendekatan pastoral yang lebih kontekstual yang mempertimbangkan budaya dan kebutuhan gereja-gereja lokal. Dalam berbagai pertemuan dan kunjungan ke masing-masing keuskupan dan pemimpin gereja, Konferensi Waligereja Asia (FABC)  secara berkala diminta untuk memperkenalkan dan membagikan materi yang akan memenuhi kebutuhan formasi umat saat ini.

Di antara sekian banyak materi tersebut terdapat pendekatan yang dikembangkan oleh Institut Misiologi Lumko yang bekerja sama dengan Konferensi Waligereja Afrika Selatan. 

Karena tingginya minat terhadap Lumko, salah satu lokakarya pada Sidang Pleno FABC ke-5 di Bandung, Indonesia pada tahun 1990 dikhususkan untuk memperkenalkan sebagian materi ini. Berkat antusiasme para uskup yang hadir, FABC diminta untuk menyelenggarakan kursus pelatihan Lumko tingkat internasional di Asia.

Pada bulan November 1993, sebuah workshop yang disponsori oleh kantor Pengembangan SDM dan Awam FABC diselenggarakan di Malaysia. Dalam workshop inilah AsIPA (Asian Integral Pastoral Approach) lahir. Konsultasi FABC tahun 1993 memberikan evaluasi positif terhadap program-program formasi yang diselenggarakan oleh Office of Laity FABC dan mendorong mereka untuk melanjutkan proses adaptasi materi Lumko ke dalam konteks Asia dan mengembangkan materinya sendiri.

Bersama kedua sahabatnya yang sama-sama berangkat dari Jerman ke Afrika yang semuanya kemudian menjadi uskup; Mgr. Oswald Hirmer dan Mgr. Bucher; Mgr. Lobinger memimpin Institut Misiologi Lumko. Lumko memprakarsai pendekatan pastoral revolusioner yang menempatkan Komunitas Basis Gerejawi (KBG) di pusat pelayanan pastoral.

 "Ini bukan sekadar strategi organisasi, melainkan revolusi teologis yang mengakui martabat baptisan semua umat beriman serta kapasitas mereka untuk memimpin. Melalui metode Sharing Injil yang inovatif dan pelatihan awam yang komprehensif, LUMKO menjadi laboratorium di mana prinsip-prinsip Konsili Vatikan II diterjemahkan ke dalam alat pastoral yang nyata..." tulis Romo Rohan Dominic, salah satu AsIPA Resource Team dalam refleksinya, pasca wafatnya Uskup Lobinger.*

“Faith and reason are like two wings on which the human spirit rises to the contemplation of truth….” JP II